Banyak
orang bilang persahabatan itu lebih dari pasangan kekasih, kisah dan jalan hidupnya jauh lebih
berharga . Tak sedikit yang rela melakukan apa saja asalkan sahabatnya senang.
Begitu indah cerita persahabatan anak manusia , namun namanya juga hidup tak
lepas dari suka duka. Pasti ada saatnya masalah dan ujian datang bersamaan
dengan akhir yang belum kita ketahui nantinya, tak lepas dari persahabatanku
dengan Kezia.
Dua gadis ini bersahabat sejak
kelas 8 , kini mereka duduk di kelas 9 di sebuah SMP daerah Semarang. Kita
memang tak sekelas tapi jangan salah kedekatanku dengan Kezia melebihi
kedekatanku dengan sahabat yang lain, yang notabennya duduk dikelas yang sama
denganku. Mereka adalah Rindu dan Risa.
Aku, Rindu,Risa dan Kezia sering
menghabiskan waktu disekolah bersama. Saling berbagi cerita bersama , tongkrong
dan makan di kantin atau hanya sekedar jalan jalan mengelilingi sekolah.
Kemanapun kita pergi selama itu di area sekolah kita pasti selalu berempat.
Tapi kedekatan kita juga di luar sekolah lhoo, hanya saja dalam kasus ini
aku dan Kezia memang lebih dekat.
Namanya anak muda musimnya coba coba, pengen seneng seneng. Belum puas di
sekolah aku dan Kezia kerap kali main di luar jam sekolah, entah itu ke warnet
ya sekitar tahun 2009an kan lagi ngetrend ,ataupun hanya main ke rumah Kezia
saja. Itu semua kita jalani hampir
setiap hari, otomatis nih kita juga akrab sama orangtua masing masing.
Ibaratnya udah keluarga sendiri deh. Terlebih orangtuanya Kezia
bener-bener ngrespon baik kedatanganku.
Kezia bilang sendiri sih kalo aku temen yang paling baik yang pernah ibunya
kenal. *pd*.
Aku
sering di ajak pergi sama keluarganya,
contoh ke Borobudur, ke sebuah tambak, Lawang Sewu, belanja di
mall terkenal di Semarang, syukuran anggota keluarga yang ultah atau hanya
sekedar hang out dan masih banyak lagi. Ya itu semua gak lepas dari peranan
ibunya Kezia yang baiknya bukan main. Contohnya ini waktu aku dia ajak beli
buku di daerah semarang
Ibu : Rena, ibu boleh minta no hp km?
(berbisik)
Aku : Oh boleh kok bu
Ibu : Tp jangan sampai Kezia tahu ya, km simpen nomer ibu saja, nanti kamu telfon ke ibu
Ibu : Tp jangan sampai Kezia tahu ya, km simpen nomer ibu saja, nanti kamu telfon ke ibu
Aku : Iya buk.
.................
“Ada apa ya kok tiba-tiba ibu minta
nomerku, eh tapi masalahnya bukan itu. Kenapa harus mumpet-mumpet mintanya ,
kok si Kezia nggak boleh tahu juga.
Hmmm..... ada yang gak beres”
(batinku dalam perjalanan pulang).
Oh , mungkin ada hal penting biar gampang
aja kalo mau tanya mungkin gak perlu lewat Kezia. Posthing aja deh J
One day, SMP Harapan Bangsa
(Bel istirahat berbunyi)
Kezia lagi seneng banget dia
antusias cerita soal cowok barunya. Huh, gak kaget lagi sih denger Kezia punya
cowok baru orang dia aja hobi gonta ganti pacar. Sampai kita-kita ini bingung
siapa pacarnya yang beneran. Berhubung Kezia lebih dekat ke aku, curhatan Kezia
udah jadi makanan sehari hariku. Tak satupun satu cerita terlewatkan dari,
yah... segala sesuatu dicurahkan Kezia.
Termasuk yang satu ini, cowok barunya itu bernama Teo.
Awalnya aku enjoy-enjoy aja sama Teo, berteman sewajarnya lah. Namun perlahan
sikap Teo agak janggal entah itu sikap apa yang pasti tak enak dirasakan,
begitu juga denganku dalam hati kecil aku
tak ingin sahabatku yang satu ini berpacaran dengan Teo ,karena ternyata Teo bukanlah cowok yang baik. But, “Love is Blind” Kezia terlanjur
cinta banget sama Teo. Berhubung akunya gak berani ngomong sama Kezia tentang
ketidak setujuanku karena takut melukai perasaanya jadi setiap kali Kezia minta
di temenin pergi, curhat tentang Teo aku tetap melayaninya dengan baik,
walaupun belakangan Kezia seperti menjaga jarak dariku.
“Sayang banget kamu dapet cowok kayak
gitu, terkadang tak menggubris omonganku” (ku tatap Kezia yang tertidur pulas
di sebelahku)
Sekarang aku tahu kenapa waktu
itu ibunya Kezia meminta nomer hapeku, kita sependapat tidak setuju Kezia
berpacaran dengan Teo. Hampir setiap
harinya beliau berkirim pesan denganku untuk berkeluh kesah tentang kelakuan
Kezia, juga tentang harapan harapan beliau sebagai orangtua untuk masa depan
anaknya. Kita juga sering bertemu diam diam untuk membicarakan masa depannya
Kezia, beliau ingin aku menjadi penjembatan antara Kezia dan ibunya, antara
Kezia dan masa depannya yang tentunya harus bisa lepas dari Teo. Karena usut di
usut ternyata Teo main tangan terhadap Kezia, dia juga kerap meminjam uang ke
Kezia, minjem kalau dikembaliin sih gak masalah tapi ini namanya minta deh.
Aku dan ibunya Kezia berfikir terus
mencari siasat agar mereka berpisah. Bahkan aku harus rela ngikut Kezia main
sama Teo kemanapun, demi memastikan Kezia dalam keadaan baik-baik saja. Aku
ibaratnya seorang bodyguard yang
harus kerja keras menjaga Kezia. Hujan
hujananpun aku lakukan ikhlas,
berpura pura bersikap baik terhadap Teo agar ia tak curiga. Aku tak terbebani
sedikitpun atas hal ini, aku memang sayang terhadap Kezia sahabatku, tentunya
aku ingin dia tetap dalam koridor yang baik anak remaja.
Hingga pada suatu
malam, mendadak aku kedatangan seorang tamu,
“Assalamualaikum...”
“Waallaikumsalam tunggu
sebentar..”
kaget setengah mati ketika aku tahu tamu
itu ibunya Kezia padahal saat itu hujan lagi deres deresnya. Setelah beberapa
saat beliau bercerita dengan ibuku untuk memintakan izin agar aku bisa pergi
dengan beliau, aku pergi membonceng sepeda motor yang di kendarai beliau.
“Ren, maaf ibu ngerepoti kamu terus tapi kan
ini demi Kezia, kamu juga senengkan kalau sahabatmu itu jadi anak yang berbakti
sama orangtua juga punya masa depan yang cerah, kamu satu satunya orang yang
tahu masalah Kezia, dia gak terbuka dengan ibu ataupun bapaknya” (dalam
perjalanan)
“Loh bu kok kita ke warnet, ada apa”
“kamu yang muda kan, ibu gak mudeng apa
apa , tolong buka facebookmu. Lihat foto-foto Kezia dengan cowok brengsek itu
disimpen ya ren... mau ibu print jadi barang bukti”
Yah memang semenjak berpacaran
dengan Teo, Kezia semakin ada ada saja kelakuannya , ia pun menjauh dari ku,
sering uring uringan gak jelas, gampang badmood dan otomatis yang kena emosi
Kezia adalah kedua orangtuanya. Kini semua ada di pundakku, aku harus berusaha
memisahkan sahabatku demi orangtuanya bahagia. Aku mengikuti segala saran dan
perintah yang di beri ibunya tapi tak jarang aku pasang strategi sendiri tanpa
sepengetahuan ibunya.
Semua taktik itu kita jalankan dan akulah
eksekutornya. Hampir tiap waktu aku melaporkan kegiatan Kezia. Tak jarang aku
mendapat perlakuan negatif dari Teo , di cacimaki bahkan di tinggalkan di
pinggir jalan tapi tak apa asalkan Keziatak terluka.
“sobat, lihatlah tangis ibumu dalam
sujudnya betapa beruntung kau memiliki ibu yang mati matian untukmu, aku kecewa
kenapa kau buta dan tuli karena Teo , kamu cuman dateng saat susah, kamu
menghiraukan ibumu, sekarang kamu tega membuat aku menyembunyikan rahasia di
belakangmu”
Petir yang menyambar mendadak membuyarkanku
dari lamunan, dan tanpa kusadari air mataku menetes. Betapa dalam kerinduanku
terhadapmu sahabat betapa aku merindukan kasih sayang dari orangtuamu. Sungguh
miris bila ku ingat kebersamaan kita berdua saat sukaduka. Kemana kalian
sekarang ini, tak ada hembusan kabar. Oh, tentu aku tahu kalian telah bahagia
bertiga dalam satu rumah, tak ada lagi misi rahasia yang aku jalankan diantara
kalian karena Kezia telah kembali ke ibunya menjadi anak yang diharapkan dengan
prestasinya di karate. Dan yang pasti tanpa cowok brengsek..
Aaaaaaaah lega rasanya berhasil terbebas
dari misi yang dulu. Aku bahagia tapi aku lebih kecewa.
Adakah kau ingat suka duka kita sobat?
Hujan dan panas menjadi saksi cerita persahabatan kita. Semua orang tahu
kedekatan kita dan mereka pun melihat kita bersama. Pemandangan yang indah di
kala itu, tapi saat ini itu hanya kenangan. Hampir 2 tahun kau tak
menghampiriku lagi. Apa salahku
Sahabat?
Adakah kesalahanku yang membuatmu melupakanku?
Adakah kesalahanku yang membuatmu melupakanku?
“Ooh mungkin kau marah gara-gara aku
memisahkan kamu sama Teo”
“Ibu berterimakasih sama Rena, kamu adalah sahabat terbaik Kezia, ibu bangga sama kamu beruntung Kezia kenal dengan kamu. Sekarang Kezia terbebas dari dunia hitamnya”
“Ibu berterimakasih sama Rena, kamu adalah sahabat terbaik Kezia, ibu bangga sama kamu beruntung Kezia kenal dengan kamu. Sekarang Kezia terbebas dari dunia hitamnya”
Mungkin kata-kata itu perpisahanku dengan
Kezia.
***
Sahabat sejati adalah pelangi yang
kedatangannya selalu di nanti setelah hujan dan memberi harapan baru yang
cerah. Pelita yang mampu memberi cahaya ketika sang surya enggan muncul. Hei,
aku bahagia pernah ada dalam hidupmu...menyenangkan dan pasti kenangan indah
tak akan sirna dari ingatanku yang dangkal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar